Selasa, 28 Februari 2017

Menemukan Esensi Mandiri

TANTANGAN LEVEL 2.6

Hari pertama LDR an dan masih akan berlanjut seminggu kedepan..

Bismillah taklukkan tantangan hari keenam.
Makin kesini semakin lebih mudah berlatih mandiri. Kuncinya satu, yakin. Iya, setelah berlatih beberapa hari, barulah tahu polanya. Kadang kita tidak mandiri itu bukan karena benar-benar tidak mampu mandiri, tetapi karena kita tidak yakin kita BISA mandiri. Hal itu yang kemudian membentuk pola hidup dan menentukan sekali apakah kita mampu dikategorikan orang yang mandiri atau justru sebaliknya.

Setelah kemarin sudah berlatih berdua bersama suami, alhamdulillah seminggu ini nanti saatnya kami berdua berlatih sendiri-sendiri. Oh ya, mandiri bukan berarti tidak lagi membutuhkan orang lain, tetapi memastikan tidak terjadi hubungan kodependensi antara satu sama lain.

Nah, hari ini sudah berlatih mandiri apa?
Mandiri dalam memenuhi asupan nutrisi tubuh, salah satunya makan buah dan sayur. Kalau biasanya si mas harus cerewet mengingatkan untuk makan sayur dan buah bahkan terkadang sampai menyodorkan piring berisi potongan buah di depan mata lalu menunggu hingga buah benar-benar masuk ke dalam mulut saya, hari ini sudah mulai inisiatif sendiri untuk makan sayur dan buah.
Apakah hari ini suami yang sedang jauh disana tidak mengingatkan? Tentu saja iya. Bagi mas mungkin itu menjadi suatu kewajiban untuk memastikan asupan nutrisi istrinya terjaga dengan baik. Tetapi saya pun harus memastikan bahwa sebelum mas mengingatkan, sudah seharusnya saya sudah bergerak sendiri untuk memenuhi asupan nutrisi yang saya butuhkan. Toh, itu juga untuk kepentingan saya pribadi bukan orang lain. Jadi, jika suatu saat mungkin mas lupa mengingatkan, tidak ada alasan bagi saya untuk bolos makan sayur dan buah demi kepentingan tubuh saya sendiri.

Setelah beberapa hari berlatih akhirnya baru menemukan The Essence of MANDIRI.
Jadi bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, tetapi tidak serta merta selalu menggantungkan diri kepada orang lain...

#level2.6
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Senin, 27 Februari 2017

Sukses Menyiapkan Acara

TANTANGAN LEVEL 2.5

Alhamdulillah, hari yang dinanti tiba..
Pagi-pagi suami sudah pamit berangkat ke Tulungagung. Bantu preparing nya lewat WA. Memastikan semuanya siap untuk acara ashar nanti.

Saya?? Ya..mulai pagi sudah sibuk bersih-bersih rumah, lalu masak. Menyiapkan baju-baju kerja suami untuk seminggu saat saya harus di Surabaya. Kemudian lanjut beberes dapur. Memastikan dapur bersih dan rapi sehingga waktu acara nanti ruang dapur bisa dimaksimalkan untuk menyiapkan sajian makanan dan minuman.

Cukup lelah karena biasanya acara persiapan menyambut tamu seperti itu dilakukan berdua dengan suami. Namun, cukup terimbangi dengan perasaan bahagia menanti acara pengajian sore nanti. Mas mengecek persiapan ini itu via WA.
Baiklaah.. ini pentingnya belajar berlatih untuk mandiri. Saat terpaksa harus sendirian dirumah dan memastikan semuanya well-prepared.

Alhamdulillah, pesanan kue datang tepat waktu. Setelah dhuhur pas. Disusul keluarga yang datang menjelang ashar tiba. Mas juga datang dari Tulungagung lebih cepat sedikit dari prediksi. Alhamdulillah...banyak waktu untuk mengecek persiapan apa saja yang kurang sebelum acara dimulai.

Menjelang ashar, hujan tiba. Sempat ketar-ketir apakah tamu undangan bisa hadir. Namun, alhamdulillah akhirnya para tamu hadir meski agak telat dari rencana awal. Acara berlangsung singkat namun tetap khidmat. Usai khotmil qur'an yang ditutup doa, kami lanjutkan menjamu para tamu dengan sajian makanan yang sudah disediakan.
Semoga doa-doa yang terlantun terjawab indah oleh-Nya. Amiin...

Acara selesai tepat sebelum maghrib. Setelah para tamu undangan pamit undur diri, kami langsung membereskan kembali rumah kami dan memastikan semuanya bersih karena saya akan langsung ikut keluarga ke Surabaya malam itu juga dan menginap disana selama seminggu. Sementara mas keesokan harinya akan berangkat ke Blitar untuk menyelesaikan urusannya selama seminggu.

Nah, mungkin seminggu nanti kami berdua akan lebih belajar lagi mengenai apa itu mandiri. Memastikan keperluan pribadi bisa disiapkan dengan baik saat harus LDR an dengan pasangan.

#level2.5
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Minggu, 26 Februari 2017

Diskusi, Diskusi dan Diskusi

TANTANGAN LEVEL 2.4

Alhamdulillah, masuk hari keempat...
Ceritanya orangtua di Surabaya ingin mengadakan syukuran kecil, hanya saja riweuh kalau harus diadakan di Surabaya karena tetangganya belum terlalu banyak dan rata-rata pegawai yang supersibuk. Agak repot kalau mau mengundang untuk hadir rumah.

Muncullah ide untuk mengadakan di Malang dengan banyak pertimbangan. Saya dan mas kebagian untuk cari tempat pesan kue basah supaya tidak repot-repot bawa dari Surabaya, dan lagi bisa lebih 'fresh' kalau pesan di Malang.

Seperti biasa, karena 'newbie' tinggal di Malang akhirnya mencari lewat medsos tempat pesan kue basah yang dekat dengan rumah. Setelah ketemu, saya berinisiatif menghubungi penjualnya untuk sekedar tanya-tanya, memastikan alamat, dan lain sebagainya. Semua jenis kue yang ingin dipesan sudah ada di foto yang diupload, tinggal request ingin pesan yang mana.

Pagi sebelum mas berangkat mengajar, saya sudah meminta tolong mas segera pulang selesai mengajar agar bisa mengantar saya ke lokasi yang saya maksud. Mas mengiyakan.

Selesai mengajar, kami berdiskusi sebentar mengenai kue apa saja yang akan dipesan, karena melihat gambar-gambar yang diupload di medsos milik penjualnya rasanya bikin lapar mata. Semuanya terlihat enak dan ramah di lidah...hehe...
Mulailah kami membuat 'list' apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memesan kue, karena kue yang dipesan tidak hanya untuk konsumsi sendiri, tetapi juga akan diberikan ke orang lain. Kami menentukan 5 jenis kue yang akan dipesan mempertimbangkan ukuran kotak kue yang akan diisi. Kemudian daftar lainnya adalah seimbang antara kue yang rasanya manis dan gurih, lalu enak, praktis, dan yang paling penting adalah ekonomis.

Selesai diskusi, kami langsung berangkat ke lokasi untuk memesan kue yang kami maksud dan memastikan bisa dikirim sesuai jadwal. Alhamdulillah, kue bisa dikirim tanpa biaya ongkir karena lokasinya masih terjangkau dan dekat dengan rumah. Acara rencananya akan dimulai setelah ashar dan kebetulan mas ada jam mengajar pagi sampai siang keesokan harinya di Tulungagung dan perkiraan sampai di Malang lagi pas masuk waktu ashar sehingga sangat tidak memungkinkan kalau harus mengantarkan saya mengambil pesanan kue sebelum ashar.

Iya, urusan pesan dan memesan kue pun perlu diskusi. Memastikan kue yang dipesan juga disukai semua anggota keluarga, pantas untuk diberikan ke orang lain, lalu memastikan agar kue yang dipesan datang sesuai jadwal (sebelum acara dimulai tentunya) dan yang tak kalah penting adalah tidak sampai melebihi batas dana yang dianggarkan...
Dan terakhir bisa bilang:
Yes, Alhamdulillah problem solved..!!

Pict yang dipasang bukan kue pesanan aslinya, hanya saja beberapa kue merupakan pilihan dari hasil diskusi kami berdua...

#level2.4
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Sabtu, 25 Februari 2017

BERLATIH AGAR SEMAKIN AHLI

TANTANGAN LEVEL 2.3

Bismillaah...
Hari ketiga..

Dapat kesempatan lagi untuk berlatih mandiri.
Hari ini mendadak suami harus segera ke kampus Tulungagung. Ada urusan yang harus diselesaikan.

Suami saya termasuk orang yang 'hands on' untuk urusan domestik rumah tangga. Kalau saya? Bisa, hanya saja jika pekerjaan itu harus dillakukan dengan pekerjaan lain diluar 'list biasanya', yang ada malah saya justru heboh sendiri mengurutkan prioritas dan akhirnya malah keteteran semua.

Seperti hari ini misalnya. Cucian numpuk dan keluarga Surabaya memberi kabar akan berkunjung ke rumah, sementara mas sebelum shubuh sudah harus segera berangkat ke Tulungagung. Kami berencana LDR-an seminggu kedepan. Mas di Blitar karena harus menjaga mertua dan menggantikan tugasnya sementara beliau menuntaskan berobatnya. Ibu mertua butuh waktu untuk istirahat. Saya dititipkan di keluarga Surabaya, karena tidak memungkinkan untuk tinggal sendirian lama di Malang dan belum bisa diajak naik motor jarak jauh untuk sementara.

Maka tugas saya yang harus selesai hari ini adalah:
1. Memasak; paling tidak saat keluarga Surabaya berkunjung, ada masakan yang bisa disuguhkan
2. Mencuci baju; karena tidak mungkin meninggalkan cucian kotor menumpuk selama seminggu penuh
3. Menyiapkan keperluan mas selama seminggu sementara saya berada di Surabaya, seperti menyetrika baju-baju kerjanya

Alhamdulillah, tekad kuat untuk bisa mengatasi sendiri urusan domestik termasuk menyiapkan keperluan menyambut tamu tanpa bantuan mas, bisa saya selesaikan dengan baik.
Hasilnya? Pekerjaan tuntas, meski tangan rasanyaaa...seperti mati rasa..hehe..
Alhamdulillah, harus terus berlatih dan berlatih mandiri untuk urusan ini.. supaya makin 'ahli'...

#level2.3
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Jumat, 24 Februari 2017

MENDADAK 'TERIMA TAMU'

TANTANGAN LEVEL 2.2

Bismillah hari kedua...
Baru dua hari lalu ngobrol tentang kemandirian apa yang perlu kami latih bersama (salah satunya menyiapkan keperluan saat menerima tamu dirumah), eh..hari ini mendadak kedatangan tamu dirumah.
Alhamdulillah, Alloh sepertinya ingin kami segera ahli urusan ini. Alloh memberi kami kesempatan disaat yang tepat.

8 bulan hidup berdua di Malang bukan berarti kami tidak pernah menerima tamu sama sekali di rumah. Hanya saja menurut kami, urusan ini masih selalu membuat kami heboh sendiri.
Seperti siang ini saat mendadak teman lama Mas mengirim pesan akan bertamu kerumah dan sedang dalam perjalanan menuju rumah kami. Mas baru saja pulang dari masjid selesai sholat jum'at saat itu dan saya sedang tidur siang dikamar. Shock saat Mas membangunkan dan memberi kabar. Belum selesai berbicara, suara pintu rumah sudah diketuk. Tamu sudah datang. Teman mas datang beserta istrinya.

Tarik nafas panjang. Keep calm. Sambil  merapal mantra "tenang...tenang...". Langsung bagi tugas. Mas lebih dulu menemui tamu dan mempersilahkan masuk, sementara saya langsung ganti baju yang lebih sopan, ambil jilbab dan segera menyusul. Setelah menyalami istrinya, saya pamit untuk cuci muka ke kamar mandi setelah itu buru-buru membuatkan minuman. Selesai menyajikan minuman, saya pamit sebentar untuk menunaikan sholat Dhuhur.

Agak kewalahan karena pagi tadi, saya memang belum masak. Alhamdulillah, tidak lama kemudian ada tukang bakso lewat. Langsung ada ide untuk membelikan bakso, paling tidak sebagai pengganti makan siang.

Alhamdulillah sepertinya teman Mas dan istrinya betah berkunjung dirumah. Terbukti hampir dua jam ngobrol 'ngalor ngidul' dan hampir lupa waktu. Mereka senang dan meminta kami berkunjung kerumahnya di Pare, Kediri jika ada kesempatan. InsyaAlloh jawab kami berdua. Semoga Alloh memberi kami umur panjang dan kesempatan untuk berkunjung kesana.

Meski rasanya masih semrawut dalam menerima tamu, Alhamdulillah siang tadi tidak sampai meninggalkan kesan buruk dihati tamu kami.

#level2.2
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Kamis, 23 Februari 2017

MELATIH KEMANDIRIAN PASANGAN

TANTANGAN LEVEL 2.1

Bismillah, naik level tantangannya.
Semakin 'wow' dan sempat ketar-ketir saat mendapatkan materi (belum pembagian 'game'-nya). Iya, karena berbeda dengan materi sebelumnya, materi kali ini sepertinya full untuk para orangtua (yang sudah memiliki anak tentunya).
Namun Alhamdulillah.. agak plong setelah pembagian 'game' yang ternyata ramah untuk 'calon orang tua' juga.

Seperti yang selalu saya lakukan sejak mengikuti matrikulasi, saya selalu berusaha untuk mendiskusikan setiap materi, tugas, atau kali ini disebut tantangan dengan suami. Alasan pertama lebih karena bahwa suami dan istri harus sepakat untuk berproses bersama jika menginginkan perubahan baik dalam keluarganya. Kedua, agar kami bisa saling mengontrol dan mengingatkan jika salah satu dari kami "Off Track" dari rencana awal yang sudah disepakati bersama.

Lalu, bentuk kemandirian apa saja yang ingin kami latihkan bersama?
1. Mencari solusi atas sebuah masalah apapun yang muncul dalam keluarga
2. Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah tangga
3. Menyiapkan keperluan/kebutuhan saat menerima tamu dirumah sendiri
4. Menghelat event/acara di rumah sendiri

Alhamdulillah, 4 bulan setelah menikah kami nekat untuk hidup terpisah dari orangtua maupun mertua. Selain karena alasan tempat bekerja suami, kami berdua sepakat untuk belajar hidup mandiri.
Sempat tertatih di bulan-bulan pertama mengontrak rumah jauh dari orangtua dan mertua membuat kami belajar banyak hal.

Alasan mengapa kami berdua sepakat melatihkan kemandirian dalam 4 hal diatas adalah :
1. Tuntutan untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi secara cepat dan tepat kami rasakan sangat berat di awal-awal hidup berdua

2. Masih adanya hubungan kodependensi, terutama yang saya rasakan sebagai istri mengetahui bahwa Alloh menakdirkan saya memiliki suami yang mampu menguasai urusan domestik lebih baik dari saya (memasak, mencuci pakaian, menyetrika baju, memasang tabung gas, dan masih banyak lainnya)

3. Menyadari bahwa sebelum menikah kami berdua lama tinggal dengan orangtua yg boleh dibilang cukup dominan dalam keluarga dan masyarakat membuat kami sempat merasa kebingungan saat hidup terpisah dari orangtua, seperti saat harus menerima tamu dirumah, apa yang perlu dipersiapkan, bagaimana memuliakan tamu termasuk bagaimana membuat tamu tetap merasa nyaman saat harus menginap dirumah kami.

4. Termasuk saat harus mengadakan sebuah acara kecil-kecilan dirumah seperti minggu lalu, kami berdua cukup kelabakan meski Alhamdulillah akhirnya acara berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti. Ini cukup untuk memberi kami pelajaran bahwa kami berdua harus cukup mandiri untuk melakukan dan menyiapkan termasuk merencanakan sendiri acara dirumah.
Hal itu kami rasakan ternyata tidak mudah, karena kami harus benar-benar mem-planning acara sedemikian rupa, seperti menyesuaikan adat masyarakat sekitar dan tak kalah pentingnya memastikan 'budgeting' tidak sampai lost control.

Itulah mengapa pada akhirnya kami berdua sepakat untuk terus melatihkan kemandirian dalam 4 hal diatas.
Besar harapan kami berdua bahwa kami semakin ahli dalam urusan 'kemandirian' sehingga benar-benar mampu memahamkan dan melatihkan kepada anak kami nantinya.

#level2.1
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian

Jumat, 17 Februari 2017

Pengalaman Menaklukkan Tantangan KomProd 'Bunsay IIP'

Luar Biasaaa...!!
Kata itu yang terlintas di kepala saat jatuh bangun menaklukkan tantangan level pertama di kelas Bunda Sayang.

Alhamdulillah berusaha komitmen dan konsisten menjalankan sampai sekarang karena manfaat yang bisa didapat dan dirasakan sangat banyaak..
Salah satunya 'nggak gampang baper' tentunya..

Semangat untuk terus mencoba dan berlatih lebih baik lagi melakukan komunikasi produktif bersama pasangan membuat kami lebih mudah memahami satu sama lain.
Prinsip 'komprod' benar-benar kami pegang erat.

Semoga selanjutnya kami makin ahli dalam hal ini. Sehingga tidak ada lagi muncul kalimat "kok nggak peka sih, dikodein?.."