Minggu, 30 April 2017

Memiliki Teman dengan Hobi yang sama

TANTANGAN LEVEL 4.11

Akhiri drama masa SMP, memasuki usia SMA, Alhamdulillah saya masih bisa masuk SMA Negeri sekalipun tidak lagi sesuai harapan dan juga bukan merupakan SMA favorit.

Masih tetap tidak ingin masuk sekolah SMA swasta dimana Ayah mengajar karena berbagai macam alasan pribadi. Syukur alhamdulillah Ayah bukan tipe orangtua yang memaksakan keinginannya terhadap anak untuk memilih dimana anaknya ingin bersekolah atau menimba ilmu dan hal itu bahkan berlanjut sampai saya kuliah. Prinsipnya bebas tetapi bertanggung jawab.

Di masa SMA ini, ada tahun dimana kami harus memilih dan menentukan jurusan dimana kami ingin belajar. IPA, IPS, atau Bahasa. Tentu saja tidak hanya berdasarkan ingin atau gengsi, tetapi tetap dengan test. Ada grade tertentu yang harus dicapai siswa untuk masing-masing jurusan. Alhamdulillah saya memenuhi kualifikasi untuk belajar di jurusan yang saya pilih dan saya inginkan. IPA. InsyaAlloh bukan karena gengsi karena memang saat itu jurusan IPA merupakan jurusan favorit mayoritas siswa. Iyaa..saya bercita-cita menjadi dokter dan saya pikir memilih jurusan IPA ini merupakan langkah pertama bagi saya untuk memuluskan rencana saya.

Tiga tahun di SMA, bersyukur lagi saya akhirnya bertemu dan dikumpulkan dengan teman-teman yang memiliki hobi sama. Bukan mereka yang hobi hang out karena masa itu, izin keluar rumah bagi saya cukup repot dan lagi, jarak rumah dan sekolah saya cukup jauh. Tidak memungkinkan sering-sering hang out sepulang sekolah.
Iya, saya punya teman-teman yang memiliki hobi membaca. Waktu luang biasanya kami gunakan ke perpustakaan atau saling bertukar buku bacaan. Mereka semua pecinta novel dan komik. Di masa SMA inilah saya akhirnya berani membeli buku-buku bacaan diluar buku penunjang pelajaran dengan menabung dari uang jajan. Seringkali dengan sembunyi-sembunyi dan baru bilang saat buku sudah terbeli.hihi....
Masa ini orangtua saya sudah tidak melarang lagi, mungkin mereka mulai paham bahwa saya sudah cukup dewasa untuk memilih dan menentukan apa yang baik bagi saya, selama pelajaran di sekolah tidak terbengkalai. Meskipun begitu, mereka tetap tidak menyediakan budget khusus bagi saya untuk belanja buku-buku bacaan seperti itu, sehingga jika sangat ingin membeli sebuah buku, itu berarti saya harus menyisihkan sedikit uang jajan saya untuk ditabung dan dibelikan buku yang saya inginkan.

Sabtu, 29 April 2017

Ada Stimulus Ada Hambatan

TANTANGAN LEVEL 4.10

Saat hobi membaca rasanya benar-benar di puncak, sayang sekali saya justru merasa kurang terfasilitasi.
Orangtua saya tidak pernah membatasi buku apa saja yang boleh saya konsumsi, meskipun begitu saya sendiri tahu batas buku mana yang boleh dan tidak boleh saya baca.

Memasuki usia SMP dimana informasi dan wawasan semakin bertambah hilir mudik mencoba masuk seiring luasnya pergaulan, masa-masa mencari jati diri kalau kata orang, saya semakin ingin menyerap banyak informasi yang tidak hanya bisa saya dapatkan di kelas. Tidak melulu tentang materi dan pelajaran-pelajaran sekolah. Apalagi beban materi SMP sudah semakin berat ketimbang masih SD. Jam-jam istirahat atau waktu luang memang saya gunakan untuk ke perpustakaan, tetapi alih-alih memperdalam wawasan tentang pengayaan materi pelajaran, saya justru beralih ke bacaan-bacaan ringan seperti komik dan novel. Menyenangkan. Rasanya bisa refreshing otak. Ini menjadi alasan prestasi saya tidak segemilang saat SD.

Kesukaan saya membaca novel dan komik terus berlanjut dan kadang menyita waktu-waktu belajar. Sayangnya, mengetahui hal ini orangtua saya justru melarang saya membeli buku-buku selain penunjang pelajaran.
Kecewa memang, namun sekarang saya menyadari bahwa justru saya belajar banyak hal dari sana. Ada kalanya kita perlu faham bahwa prestasi akademik tidak melulu harus sempurna sementara potensi dan bakat sesungguhnya seorang anak justru semakin terpendam karena over fokus pada nilai-nilai yang saat dewasa malah terkadang justru tidak membantu apa-apa. Tidak menjelaskan apapun.
Saya sendiri tidak sepenuhnya menyalahkan bagaimana pola asuh orangtua mengingat sistem pendidikan saat itu tidak seluwes sekarang ditambah lagi wawasan tentang ilmu parenting tidak seluas zaman sekarang. Orangtua zaman dahulu masih banyak yang menekankan anaknya atau bangga jika anaknya berprestasi di sekolah, memiliki nilai akademik sempurna meski potensi dan bakat sesungguhnya terkubur dalam-dalam.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Jumat, 28 April 2017

Menunggu di Perpustakaan

TANTANGAN LEVEL 4.9

Dengan mengantongi prestasi di SD, alhamdulillah saya bisa masuk SMP Negeri favorit yang saya inginkan. Zaman itu, SMP negeri banyak diuber-uber calon siswa dan orangtua siswa karena biayanya yang lebih murah daripada masuk SMP swasta dengan kualitas yang cukup bersaing.
Tidak ada keharusan dari orangtua saya agar memilih SMP negeri dan favorit. Namun saat itu yang terpikirkan adalah bahwa saya berharap bisa meringankan beban orangtua jika saya bisa masuk SMP Negeri dan tetap terus berprestasi. Apalagi saat itu Ayah merupakan guru di sebuah sekolah swasta yang cukup ternama di zamannya dan terkenal mahal. Kalau saja saya mau, saya bisa dengan mudah masuk sekolah itu dengan diskon biaya karena fasilitas anak dari guru di sekolah tersebut. Namun, saya keukeuh untuk tetap masuk SMP Negeri.

Alhamdulillah SMP tempat saya bersekolah dekat dengan sekolah tempat Ayah mengajar. Jadi, saya bisa berangkat sekolah bersama Ayah dan pulang sekolah juga bersama Ayah.
Iya, karena jarak rumah kami ke sekolah cukup jauh.

Untuk berangkat sekolah kami terbiasa berangkat bersama-sama. Namun saat pulang, jam pulang sekolah saya lebih dahulu dibanding Ayah, sehingga saya harus berjalan kaki ke sekolah Ayah dan menunggu Ayah selesai mengajar untuk pulang bersama.

Ayah tahu sekali sejak kecil saya sangat hobi membaca, maka yang dilakukan Ayah saat pertama kali saya menjemput Ayah dan berniat menunggu Ayah selesai mengajar adalah mengajak saya ke perpustakaan, mengenalkan saya ke guru penjaga perpustakaan dan meninggalkan saya disana selama Ayah menyelesaikan pekerjaannya.

Waah....seperti surga dunia. Menunggu yang biasanya merupakan hal membosankan menjadi hal yang sangat saya tunggu-tunggu. Bahkan sampai saya lulus SMP, rasanya masih banyak buku disana yang belum saya baca. Tidak hanya membaca buku di perpustakaan, guru penjaga perpustakaan bahkan mengizinkan saya membawa pulang beberapa buku-buku untuk dipinjam kapanpun saya mau, tanpa batas waktu, dan tanpa jaminan apapun..Hehe...bahkan padahal saya bukan siswa di sekolah sana..

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Senin, 24 April 2017

Ketagihan Ranking 1 di Kelas

TANTANGAN LEVEL 4.8

Di kesempatan sebelumnya, saya pernah menceritakan tentang waktu tertentu dimana orangtua saya menitipkan di toko buku saat mereka berbelanja keperluan rumah tangga.

Sampai disitu saya yakin ayah dan ibu mulai sedikit faham bagaimana menstimulasi perkembangan belajar saya.
Iya, melalui buku.
Mencoba menarik perhatian, menggali penasaran dan rasa ingin tahu saya melalui buku-buku.
Maka mudah bagi mereka ketika saya memasuki fase usia sekolah, karena saya mudah sekali tertarik dengan buku-buku baru.

Entah karena saya anak pertama atau yang lain, saya termasuk tipikal anak yang dominan. Maka, ketika masuk kelas 1 SD (jaman itu, ranking di sekolah masih sangat diagung-agungkan) dan saat penerimaan raport saya mendapat ranking pertama di kelas, cawu selanjutnya saya dengan sendirinya terpacu untuk terus mempertahankan prestasi itu (saat itu masih memakai sistem cawu dan bukan semester).
Hingga yang masih saya ingat sampai sekarang adalah bahwa saya sukses mempertahankan prestasi itu sampai saya lulus SD. Selalu mendapat ranking pertama di kelas.
Iya, semacam ketagihan untuk terus ranking pertama di kelas.

Alasan mengapa seperti dengan mudahnya saya mendapat ranking pertama di kelas adalah pertama karena saya mudah tertarik dengan buku-buku baru sehingga dengan mudah melahap isi buku bahkan seringkali sudah mencuri start saat liburan sekolah dengan membaca-baca buku pelajaran baru. Alasan berikutnya adalah karena seringnya saya mendahului menggali info tentang pelajaran yang belum diajarkan seringkali diminta guru membantu teman-teman yang belum faham tentang materi, tetapi lebih sering lagi mendapat dispensasi untuk tidak berada di kelas saat jam pelajaran untuk membantu guru mengerjakan pekerjaan sekolah. Haha.. Itu menyenangkan sekali..

Alasan seru lainnya adalah bahwa saat itu setiap liburan sekolah ada promosi dari sebuah taman hiburan dan bermain di Surabaya untuk anak-anak SD yang berprestasi dengan menunjukkan fotocopy raport. Lumayan kan bisa liburan gratis saat libur sekolah karena mendapat tiket masuk gratis, juga mendapat voucher makan minum disana.

Dari situ saya belajar bahwa untuk memotivasi anak agar berprestasi di bidangnya dengan caranya adalah cukup dengan memberikannya suatu tujuan yang logis dan mudah dicapai.
Dalam kasus saya misalnya, jika saya berprestasi maka saya bisa masuk taman hiburan di Surabaya dengan gratis saat liburan sekolah. Sederhana memang tetapi saya akui hal itu cukup ampuh bagi saya saat itu untuk kemudian mampu memotivasi dan memacu diri agar mempertahankan prestasi di kelas tanpa paksaan.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Mengumpulkan Teman Bermain di Rumah

TANTANGAN LEVEL 4.7

Ini salah satu cara orangtua saya mengajarkan pelajaran agama agar tetap menyenangkan.
Kalau hal-hal yang berhubungan dengan ubudiyah, bisa diajarkan melalui teladan atau contoh setiap hari. Tetapi yang bersifat teoritis seperti ilmu membaca kitab kuning, tajwid, ilmu pembagian warisan (puyengnya sama kayak pelajaran matematika) perlu diajarkan dengan duduk manis dan bersiap mendengarkan penjelasan.

Ayah mungkin paham betul ini akan jadi membosankan bagi kami berdua; saya dan adik. Maka cara yang dilakukan beliau adalah mengumpulkan teman-teman belajar bersama dirumah.
Awalnya kami belajar di teras rumah, Ayah membuat materi semenarik mungkin sehingga teman-teman sepermainan kami tertarik untuk mendekat dan ingin tahu. Setelah itu mereka diizinkan ikut belajar bersama.
Awalnya hanya satu dua yang ikut, lama-lama yang masih saya ingat sampai sekarang adalah hampir berjumlah 60 an orang dan itu dari berbagai usia sekolah.

Ayah sampai membuatkan jadwal khusus untuk mereka semua sesuai kemampuan berpikirnya. Kami akhirnya rutin belajar setiap habis maghrib dan habis shubuh dirumah.
Apa yang kami dapat?
Tentu saja selain banyak teman bermain dan belajar, kami jadi semakin termotivasi dan terpacu belajar lebih giat lagi supaya tidak kalah jago dengan yang lain. Adik saya sendiri sampai memiliki keinginan untuk menimba ilmu di pondok pesantren setelah lulus SD. Iya, tanpa diminta dan tanpa paksaan.
Adik berkeinginan memperdalam ilmu agamanya. Tetapi, ayah dan ibu baru mengizinkannya belajar di pondok pesantren setelah adik lulus SMP dengan alasan belum cukup bekal orangtua untuk melepas adik di usia lulus SD saat itu. Usia yang masih sangat rentan terkontaminasi hal-hal tidak diinginkan dari lingkungan luar.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Mainan dari Kardus Bekas

TANTANGAN LEVEL 4.6

How amazing this!!
Sayang sekali sedang tidak berada di Surabaya. Jadi tidak bisa memfotokan hasil karya Ibu untuk saya jaman dahulu.
Benar-benar 'Priceless gift'
Betul sekali.. Saya masih menyimpannya rapi di rumah Surabaya. Berharap suatu saat nanti jika saya memiliki anak perempuan saya bisa mewariskannya.. Hehe.. Emak-emak nggak modal ya..

Entahlah saat itu yang terpikir adalah karena saya sangat menyukainya dan ingin sekali jika kelak punya anak perempuan, saya bisa bercerita bahwa neneknya pernah membuatkan Ibunya mainan yang tak ternilai harganya. Tidak kalah menarik dengan mainan yang dijual di toko-toko.

Mainan apa sih?
Hehe.. Sederhana sebenarnya.
Mainan yang terbuat dari kardus susu, kotak korek api,  kardus pasta gigi, kardus sabun, kardus rokok yang dibungkus kertas kado warna warni. Kemudian disusun sedemikian rupa dan dibentuk menyerupai perabotan rumah tangga seperti tempat tidur, meja, atau sofa ruang tamu. Tinggal menata sedemikian rupa dan saya bisa bermain rumah-rumahan dengan orang-orangan dari 'kertas bongkar pasang' yang dibeli di warung sebelah seharga 500 rupiah (anak tahun 90'an pasti tahu apa itu mainan bongkar pasang...hihi).
Memiliki mainan yang dibuatkan Ibu seperti itu saja, sudah membuat saya merasa memiliki mainan rumah-rumahan barbie yang harganya jutaan.

Dari apa yang dilakukan Ibu, saya memahami sekarang bahwa memberikan hadiah untuk anak tidak melulu harus mahal. Membuatkan mainan yang dibuat benar-benar dengan ketulusan dan menemani anak untuk ikut bermain merupakan hadiah yang sangat berharga dan tak ternilai bagi anak.
Ah, semoga kelak saya pun mampu menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak saya.. Amiin...

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Sabtu, 22 April 2017

Bermain Peran dengan Adik

TANTANGAN LEVEL 4.5

Ini yang sering kami berdua lakukan di rumah saat belum masuk usia sekolah.
Bermain peran.

Awalnya ayah dan ibu yang sering menemani kami berdua bermain. Memberi contoh dan menemani bermain dengan cara yang mengasyikkan dirumah.
Inilah mengapa kami berdua selalu betah dirumah daripada bermain diluar rumah. Selalu ada teman bermain dan ide bermain yang seru dan mengasyikkan.
Oh ya, ini berlangsung saat kami belum masuk usia sekolah. Ayah dan Ibu lebih memilih membiarkan kedua anaknya bermain dalam pengawasan. Tidak kemudian membiarkan sendirian bermain bersama teman-teman diluar rumah tanpa pengawasan sama sekali.
Kalau toh kami bosan main di dalam rumah, sesekali mereka akan mengajak kami jalan-jalan diluar rumah saat weekend atau memanggil beberapa teman untuk bermain dirumah dan menemani kami bermain. Maklumlah, kami tinggal di kota Surabaya dengan lingkungan warga yang mayoritas Madura. Mungkin orangtua kami berharap anaknya tetap mampu bersosialisasi dan bersikap baik terhadap tetangga tanpa harus terkontaminasi kebiasaan-kebiasan buruk yang mungkin belum bisa sepenuhnya kami filter di usia kami saat itu.

Salah satu permainan mengasyikkan bagi kami berdua adalah 'bermain peran'.
Iya, adik bisa merengek kalau saya tidak mengajaknya ikut serta bermain. Ibu mengajari kami untuk memanfaatkan apa yang ada dirumah. Biasanya kursi-kursi ruang tamu kami tata sedemikian rupa, lalu ditutup dengan kain gendongan (jarik), selimut atau sprei. Sehingga kami bisa memanfaatkan bagian bawahnya untuk main tenda dan bermain rumah-rumahan.

Kami diajarkan banyak hal melalui permainan ini. Misalnya, bagaimana adab bertamu yang baik, bagaimana adab menjadi tuan rumah yang baik. Lain waktu kami akan diajarkan apa saja kelak tugas perempuan dan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya perempuan harus bisa memasak, mengelola rumah dengan baik, sementara laki-laki tugasnya bekerja diluar rumah, mampu memperbaiki perabot rumah tangga yang rusak dan lain sebagainya.

Kami selalu lupa waktu saat bermain ini. Biasanya bisa hampir sehari penuh. Kadang sampai tidur pun tetap memilih tidur di dalam rumah-rumahan sampai Ayah atau Ibu meminta kami untuk membereskan mainan.


#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Penitipan Gratis di Toko Buku

TANTANGAN LEVEL 4.4

Apa yang terlintas saat baca judul?
Halaah.. Biasaaa..
Nitipin tas atau jaket sebelum masuk toko buku memang sudah biasa gratis. Tidak dipungut biaya. Alias cuma dikasi nomor rak aja untuk ditukar lagi saat mau pulang dari toko buku.

Tapi inii.. Luar biasaaa..
Nitipin anak..
Mungkin diluar sana juga ada satu dua orangtua yang melakukan hal yang sama. Tapi yang jelas sampai sekarang, Ayah saya masih dengan bangganya bercerita ke orang-orang bahwa tidak sekali dua kali menitipkan saya di toko buku sementara Ayah dan Ibu berkeliling belanja keperluan rumah tangga. Meninggalkan sementara lebih tepatnya.
Iyaa... Zaman ituu.. Saat uang gajian Ayah hanya cukup untuk menutup keperluan rumah tangga sehari-hari saja (belum bisa saving karena masih banyak hal) sementara Ayah tahu betul anak perempuan pertama dan satu-satunya ini cukup 'gila baca' dan butuh buku-buku baru untuk mengisi hari-harinya.
Maka yang terjadi adalah saat waktu belanja bulanan tiba, Ayah Ibu selalu membawa saya ikut serta untuk kemudian ditelantarkan begitu saja di toko buku (haha... ditelantarkan.. Tapi percayalah, bahwa saya selalu menanti-nantikan momen itu, merasa diantarkan ke surga dunia, alih-alih merasa nelangsa karena ditelantarkan).
Sementara ayah dan ibu berkeliling belanja keperluan rumah tangga, saya sibuk sendiri mencapai rak-rak buku anak untuk mencari buku-buku yang bisa dibaca ditempat. Waktu terasa begitu singkat saat disana.

Apakah orangtua saya tidak pernah sama sekali membelikan buku baru?
Tentu saja itu menjadi kado terindah mereka untuk saya. Sesekali saat momen penting saya atau saat ayah memiliki uang lebih, pasti buku yang dibeli untuk dihadiahkan ke saya.
Tetapi bagaimanapun, rasa haus saya akan buku-buku bacaan tunai sudah saat Ayah dan Ibu mengajak ke toko buku untuk akhirnya ditinggalkan sementara disana.
Saya bahagia dan merekapun bisa tenang dan nyaman saat berbelanja. Tidak khawatir hilang entah kemana. Karena mereka paham betul, buku bagi saya lebih menarik dari sekedar jajanan atau mainan anak-anak.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Mendongeng Sebelum Tidur

TANTANGAN LEVEL 4.3

Ini juga merupakan salah satu stimulasi yang dilakukan orangtua saya saat saya masih kecil. Yapz.. Mendongeng sebelum tidur.
Dongeng apapun, tetapi selalu tak lupa menyisipkan moral value di akhir cerita. Saya dan adik hanya berjarak usia 16 bulan (hehe.. Mepet banget ya..).  Jadi, tiap malam sebelum tidur kami selalu berkumpul mendengarkan cerita-cerita dari Ayah (didongengin bareng-bareng).

Untuk urusan mendongeng ini,  Ayah lah yang ambil bagian. Mungkin karena kami seharian sudah bersama Ibu (Ibu saya adalah full time mommy) dan baru ketemu ayah saat malam tiba, menjelang tidur. Ayah seorang guru, dan jaman itu sekolahnya masih shift-shift an pagi dan sore. Karena Ayah guru BK, otomatis harus full hampir seharian di sekolah, sampai siswa shift sore pulang sekolah.

Lalu apa yang saya dapatkan dari kegiatan mendongeng sebelum tidur?
Kemampuan berimajinasi.
Entah apakah sama yang dirasakan adik saya dengan saya saat itu. Karena stimulus yang sama diberikan kepada anak yang berbeda, hasilnya bisa jadi tidak sama. Apalagi ada rentang faktor usia juga, meski hanya tepaut 16 bulan.

Hal ini saya sadari saat saya berada di usia sekolah. Saya suka sekali pelajaran Bahasa Indonesia bagian mengarang indah..hehe.. Sampai sekarang pun, menulis merupakan kegiatan yang sangat saya minati.

Saya pahami sekarang bahwa kegiatan sederhana seperti mendongeng sebelum tidur merupakan salah satu stimulasi yang seharusnya mampu dilakukan para orang tua untuk membentuk daya imajinasi dan kreativitas seorang anak.
Malahan zaman sekarang, ada pernyataan juga yang menyebutkan bahwa dongeng mampu membantu untuk membentuk karakter seorang anak.

Saya berharap kelak saat saya memiliki anak, saya pun mampu meneruskan kebiasaan baik ini. Menyempatkan waktu untuk mendongeng atau minimal membacakan buku dongeng untuk anak sebelum tidur.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Jumat, 21 April 2017

Menimang dengan Bersenandung

TANTANGAN LEVEL 4.2

Pagi ini mendadak dapat kiriman.
Lumayaaan... Moodboster dikala motivasi tengah menurun drastis.

Langsung punya ide (triiiingg.... *semacam ada lampu menyala diatas kepala) menuliskan beberapa tema yang akan saya paparkan untuk beberapa hari kedepan.
Iya... Karena di usia saya yang hampir memasuki 27 tahun ini,  tentu saja saya akan bercerita tentang masa lalu saya. Mengingat lagi bagaimana orangtua saya mendidik dan memberikan stimulasi untuk perkembangan belajar saya sehingga saya bisa sampai pada tahap yang sekarang ini.
Jadi, saya perlu mencatat poin-poin temanya sesuai ingatan dan supaya runtut ceritanya.
Sedikit flashback lah yaa...

Entah di usia saya yang keberapa saya sudah mampu mengingat hal ini. Satu hal yang pasti saya ingat adalah saat itu saya masih sering digendong ayah dan ibu..
Ayah dan ibu sering sekali menimang saya sambil bersenandung..
Lafadz yang masih saya ingat sampai sekarang adalah :

Laa ilaaha illa Alloh.... 2x
Al malikul haqqul mubin..
Muhammadun Rosululloh..
Shodiqul wa'dil amin..

Entah siang atau malam saat menimang atau saat menidurkan saya, ayah dan ibu sering menyenandungkan lagu..
Hal ini saya pahami sebagai usaha komunikasi yang mereka lakukan dengan saya saat saya belum mampu merangkai kata. Mencoba menstimulasi perkembangan belajar melalui panca indera pendengaran. Satu-satunya indera yang mampu distimulasi lebih dini.
Dan buktinya, saya masih mengingat lafadz itu hingga saat ini meski saya sudah lupa mereka memulai hal itu saat saya di usia keberapa..

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Kamis, 20 April 2017

Mengumpulkan Remah Semangat yang Tercecer

TANTANGAN LEVEL 4.1

Tantangan bulan keempat...
Alhamdulillah..benar-benar merasakan sebenar-benarnya tantangan..
Kenapa? Banyak sekali hal..

1. Sedang mengalami penurunan semangat di bulan keempat ini.. Dan sudah mencapai taraf sampai kehilangan motivasi (harus makin rajin berdoanya nih supaya Alloh tetap terus menjaga semangat belajarnya... Kapanpun, dimanapun,  dan apapun yang terjadi... Amiin..)

2. Sudah mengkhatamkan baca buku "Bunda Sayang" sejak selesai tantangan bulan ketiga. Sehingga kebiasaan dari kuliah dulu, hobi menebak-nebak masih terbawa sampai sekarang. Haha.. Sudah ketar-ketir setelah baca materi ke4 di buku tentang mengenal gaya belajar anak. Jangan-jangan materi kelas bulan ke4 sekaligus tantangannya tentang ini nih.. Daaan.. Ternyata tebakan benar
Baper lah yang terjadi..
Anak siapa mau dijadikan 'kelinci percobaan'?
Baiklah, harus paham ini bukan kelas matrikulasi lagi. Ini kelas tentang bagaimana mendidik anak.
Kalau belum waktunya sudah ngotot mau masuk kelas, siapa yang salah coba? *wkwkwkwk

3. Seperti biasa sebelum memulai menyelesaikan tantangan, saya selalu diskusi dengan suami. Biar dapat masukan, biar dapat penyegaran dan yang lebih penting biar bisa belajar sama-sama. Disepakatilah bahwa tantangan kali ini 'saya' yang harus rela jadi kelinci percobaan. Suami belum memungkinkan untuk dijadikan bahan narasi dalam tantangan kali ini, karena kelas ini butuh konsistensi narasi, sementara suami lebih banyak diluar kota daripada dirumah. Observasi atau sekedar wawancara pasti akan sangat sulit dilakukan jika harus LDRan, apalagi untuk waktu yang tidak sebentar. Sekalipun sedikit banyak, setelah 1tahun menikah, saya sudah kenal bagaimana gaya belajarnya.

Baiklaaah.. Mari kita nikmati ke'baper'an dalam tantangan kali ini.
Hari-hari selanjutnya saya akan banyak bercerita tentang diri saya sendiri, terutama bagaimana akhirnya saya mampu mengenal gaya belajar saya.

Allohuma yassir wala tu'assir...

Semoga Alloh selalu karuniakan nikmat dan semangat belajar dalam diri dan keluarga kecil saya... Amiin

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Sabtu, 15 April 2017

Alir rasa "Family Project"

Alhamdulillah tantangan di bulan ketiga kelas Bunda Sayang dirasa sangat luar biasa..
Hehe.. Tantangan yang diberikan tiap bulan sih selalu luar biasa dan selalu memberi kesan mendalam..

Ditanya soal rasa, nano-nano jawabannya..
Bagaimana tidak, kali ini dengan tantangan "family project" nya, mampu menciptakan suasana keluarga di dalam rumah serasa naik roller coaster. Awalnya takut takut untuk mencoba, saat naik merasakan ketegangan luar biasa, seru, heboh, ada rasa semacam kapok,  eh tapi, setelah selesai malah ketagihan untuk naik lagi dan lagi...

Sempat baper sama keluarga lain yang punya pasukan banyak, apalagi yang masih unyu-unyu. Rasanya nggak kehabisan ide untuk bikin 'proyek keluarga' yang baru tiap harinya. Sementara saya masih berdua dengan suami saja dan tinggal jauh dari orangtua pula, jadi family project kami rancang sangat sederhana, yang penting kami berdua komitmen dan konsisten menjalankannya.

Bersyukur memiliki suami yang selalu mendukung sejak awal nyemplung di IIP sampai sekarang, sehingga saya selalu punya motivasi saat harus diminta menyelesaikan sebuah tantangan, saat down dan seringnya saat baper lirik keluarga sana sini udah pada punya pasukan. Sehingga, sekalipun tiap tantangan sementara kami selesaikan hanya berdua, saya cukup merasa punya tim yang kompak dan solid.

Family project kali ini kami fokuskan untuk membentuk kebiasaan baik dari dalam rumah. Kami mulai dengan yang sederhana. Membiasakan sholat wajib diawal waktu.
Kami berdua berharap saat anak kami lahir nanti, kami benar-benar sudah terbiasa melakukan kebiasaan baik ini dan semoga anak kami nantinya mampu meniru dan meneruskan kebiasaan baik yang kami contohkan setiap hari.
Baru satu proyek dan kami sudah sangat excited. Setelah proyek ini berjalan dengan baik, InsyaAlloh kami siap dengan proyek-proyek baru lagi..

Sabtu, 08 April 2017

Sweet Seventeen

TANTANGAN LEVEL 3.17

Yeaayyyy... Happy sweet seventeen...
Hari terakhir mudik Blitar. Besok sudah harus otw Malang.. Kembali ke rutinitas..

Hari ini hari terakhir setoran "Family Project" ya..
Waah... Tidak terasa...
17 days and still counting..
Bergelut dengan proyek keluarga "Membiasakan sholay wajib diawal waktu".

Bicara tentang apa saja yang didapat?
Waah.. Saya sendiri sudah menulisnya day per day nya... (semacam sedikit curhat juga sih..). Banyak sekali yang didapat dan membuat kami berdua ketagihan untuk membuat proyek lagi dan lagii..
Karena harapan yang hanya diniatkan dalam hati saja seringkali justru terlewat tidak terlaksana. Tetapi jika dikemas dalam bentuk proyek, digarap dan digodok bersama idenya, ditentukan target capaiannya, serta ada tujuannya, ternyata jauh lebih menyenangkan untuk melakukannya.. Lebih tertantang.. Lebih seru juga tentunya.

Hari ke17..
Setelah dua hari berkutat dengan PR yang sama, alhamdulillah hari berikutnya sudah sedikit move on.
Dari lima sholat wajib, hanya bolong satu yang terpaksa tidak bisa dilakukan diawal waktu karena tertidur kelelahan.
Pun begitu, alhamdulillah sudah ada kemajuan dari hari sebelumnya yang hampir hanya shubuh saja yang mampu dilaksanakan diawal waktu saat mudik.

Hmmm... Besok bikin proyek keluarga apa lagi yaa?...

#TantanganHari17
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Jumat, 07 April 2017

Masih Berkutat dengan PR Hari Kemarin

TANTANGAN LEVEL 3.16

Alhamdulillah... Happy sixteen..
Masih mudik..

Masih berkutat dengan PR kemarin.
Sepertinya butuh waktu lama untuk adaptasi diri...

Hari keenam belas setelah diskusi :
1. Shubuh
Dilaksanakan diawal waktu.
Meski masih terlambat untuk sholat shubuh di masjid

2. Dhuhur
Terpaksa sedikit terlambat dari waktu adzan dikumandangkan karena tertidur

3. Ashar
Tidak bisa dilaksanakan diawal waktu karena harus bergantian jaga di toko dengan Ibu mertua. Saya mempersilahkan beliau untuk melaksanakan sholat terlebih dahulu sementara saya menjaga toko.

4. Maghrib
Dilaksanakan diawal waktu.

5. Isya'
Terpaksa baru melaksanakan sholat jam 01.00 wib karena tertidur.
Terlalu heboh membantu bu lek mempersiapkan acara untuk pengajian rutinan ba'da maghrib sehingga sampai dirumah tertidur karena kelelahan.

Apa yang kami dapatkan di hari keenambelas?
Belajar ekstra keras untuk menaklukkan tantangan kemarin.
"Mengupayakan tetap sholat diawal waktu meski sedang berada dirumah orang lain".
Harus segera mampu menyesuaikan diri.

#TantanganHari16
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Kamis, 06 April 2017

PR Lagiii......

TANTANGAN LEVEL 3.15

Tepat 15 hari....  Setengah bulan...
Masih di Blitar.
Bukan masih jetlag karena perjalanan semalam yang biasanya ditempuh 2 jam menjadi dua kali lipat karena punggung yang tidak bisa diajak kompromi, tetapi lebih karena belum bisa menyesuaikan diri.
Karena bagaimanapun, aktivitas dirumah sendiri dengan dirumah oranglain, baik itu dirumah mertua ataupun orangtua, jelas sangat berbeda.
Ketika dirumah sendiri, kita memiliki kontrol penuh atas aktivitas yang kita lakukan, sementara jika dirumah orang lain mau tidak mau kita harus bisa sejenak menyesuaikan diri dengan aktivitas rutinan sang tuan rumah.

Hari kelimabelas setelah diskusi :
1. Shubuh
Kelelahan selama perjalanan tadi malam membuat kami sedikit terlambat bangun saat shubuh. Sehingga pagi ini terpaksa tidak bisa sholat Shubuh diawal waktu.

2. Dhuhur
Sepagian membantu ibu mertua di dapur sekaligus membantu melayani para pembeli di toko membuat saya lelah dan tertidur sebelum dhuhur. Sehingga praktis sholat dhuhur pun tidak bisa diawal waktu.
Namun suami yang sedang mengajar mampu melaksanakan sholat dhuhur diawal waktu saat sedang jam istirahat.

3. Ashar
Mampu kami laksanakan diawal waktu.

4. Maghrib
Mampu saya laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah di masjid dekat rumah. Sementara suami sedikit terlambat karena suami datang saat iqomah di masjid sudah terdengar dan masih harus bersih diri sebelum sholat

5. Isya'
Mampu kami laksanakan diawal waktu

Apa yang kami dapatkan di hari kelimabelas?
PR lagiii...
Bagaimana mengupayakan tetap sholat diawal waktu meski sedang berada atau menginap dirumah orang lain.

#TantanganHari15
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Rabu, 05 April 2017

Waah... Mendadak Mudik

TANTANGAN LEVEL 3.14

Hari keempatbelas...
Menjelang setengah bulan berusaha komitmen dan konsisten menjalankan proyek, tidak terasa banyak sekali ilmu yang kami kantongi.
Ilmu me-manage waktu, ilmu bersabar,  ilmu bersyukur, daaan masih banyak lagii..

Benar sekali sesuai judul, hari ini mendadak mudik, karena memang tidak ada rencana sebelumnya.
Biasanya sore di hari Selasa, suami sudah harus on the way ke Blitar untuk persiapan mengajar di Tulungagung keesokan harinya.
Tetapi sepertinya Alloh ingin kami berdua belajar hal baru dari proyek keluarga yang sudah kami sepakati..
Seusai shubuh, kami berdua segera melakukan aktivitas. Suami mengajar, dan saya mengekor.. Bukan karena tiba-tiba kepingin ikut, tetapi karena memang ada hal yang harus saya selesaikan sepagi itu. Jadilah saya ikut ke kampus.
Sembari menyelesaikan urusan saya saat mas mengajar, saya juga berjalan-jalan di sekitar kampus. Lumayan sekalian menghirup udara pagi.
Selesai mengajar, kami berdua sarapan di warung dekat kampus. Kebetulan gas dirumah habis dan sepertinya perut kami berdua tidak akan tahan menanti sarapan dirumah sementara harus membeli gas,  belanja dan memasak dulu.
Kami putuskan sarapan berdua diluar rumah. Toh, suami masih ada urusan lagi di kampus jam 8 pagi. Sambil menunggu kantor buka, kami sarapan di warung dekat kampus.

Seusai sarapan, saya harus ikut suami lagi kembali ke kampus untuk menyelesaikan urusannya.
Dan hari ini benar-benar wow. Terasa banyak sekali agenda yang harus kami selesaikan sehingga siang saat sampai dirumah, kami kelelahan dan tertidur sampai tidak sadar saat hujan sedang turun...
Apa yang terjadi?
Air yang masuk rumah karena atap bocor tidak sempat kami tampung. Sehingga saat bangun dan kaget karena belum melaksanakan sholat dhuhur, suami terburu-buru dan terpeleset jatuh.
Tidak ada cedera memang, tetapi cukup membuat shock dan memutuskan membawa saya ikut serta ke Blitar karena kondisi rumah yang mengkhawatirkan saat hujan.

Hari keempatbelas setelah diskusi :
1. Shubuh
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua

2. Dhuhur
Terpaksa terlambat dua jam sejak adzan berkumandang karena kami tertidur karena kelelahan

3. Ashar
Mampu kami laksanakan diawal waktu

4. Maghrib
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua

5. Isya'
Terpaksa sholat isya' kami lakukan berdua saat sampai di rumah Blitar karena kondisi yang tidak memungkinkan melaksanakan sholat di perjalanan.
Kondisi jalan yang becek karena hujan dan air yang mengenai baju, membuat kami ragu tentang kesucian baju yang kami pakai.
Akhirnya kami memutuskan untuk sholat Isya' sesampai dirumah

Apa yang kami dapatkan dihari keempatbelas?
PR besar yang harus diselesaikan bagaimana mengupayakan sholat tetap diawal waktu sekalipun sedang dalam perjalanan.

#TantanganHari14
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Selasa, 04 April 2017

Let's Do the Best and God Do the Rest

TANTANGAN LEVEL 3.13

Alhamdulillah.... Hari ketigabelas..
Ini juga merupakan hari keenam, kami mampu sholat diawal waktu full sehari, mulai shubuh sampai Isya', meski hanya saling mengingatkan via WA.
Iyaa, kami berdua masih LDR an..
Hari senin jadwal suami mengajar di luar kota. Biasanya baru sampai di Malang lagi ba'da isya'

Hari ketigabelas setelah diskusi :
1. Shubuh
Mampu kami laksanakan diawal waktu. Saling mengingatkan via WA saat masuk waktu sholat

2. Dhuhur
Mampu kami laksanakan diawal waktu. Saling mengingatkan via WA saat masuk waktu sholat

3. Ashar
Mampu kami laksanakan diawal waktu. Saling mengingatkan via WA saat masuk waktu sholat

4. Maghrib
Mampu kami laksanakan diawal waktu. Saling mengingatkan via WA saat masuk waktu sholat

5. Isya'
Mampu kami laksanakan diawal waktu. Saling mengingatkan via WA saat masuk waktu sholat

Apa yang kami dapatkan di hari ketigabelas?
Yakin. Percaya.
Iya..saat family forum hari pertama, kami sempat mendiskusikan dan mengajukan banyak hal untuk dijadikan proyek keluarga. Namun, akhirnya kami berdua sepakat tentang satu hal ini. Meski terlihat sederhana, prakteknya yang kami rasakan tidak sesederhana yang kami bayangkan.
Namun sejak awal kami yakin dan kami percaya, untuk segala niat baik yang kami tekadkan,  akan selalu diiringi pertolonganNya..
Maka hari ini kami sampai pada hari dimana kami bertambah yakin untuk selalu mengupayakan perubahan-perubahan baik dalam keluarga kami untuk hari ini,  besok, lusa dan seterusnya.

#TantanganHari13
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Senin, 03 April 2017

Melebihi Target

TANTANGAN LEVEL 3.12

Masuk hari kedua belas..
Suami sudah harus berangkat ke Blitar setelah shubuh untuk persiapan mengajar keesokan harinya. Praktis hari ini sendirian dirumah, dan seperti biasa... Kami tetap saling mengingatkan via WA saat waktu sholat tiba.

Ah ya, baru sadar setelah hari kesekian ini juga sebenarnya tantangan bagi kami. Saat harus LDR an tetapi memastikan proyek tetap berjalan sesuai harapan.
Alhamdulillah, sejak awal tidak pernah melihatnya sebagai ujian, malah happy bisa saling mengingatkan saat masuk waktu sholat. Jadi enjoy sekali malah saat menjalaninya.

Hari keduabelas setelah diskusi
1. Shubuh
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua

2. Dhuhur
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan saling mengingatkan via WA.
Lebih sedikit anggotanya dirumah jadi lebih menghemat suara untuk koar-koar sekaligus hemat tenaga untuk dorong-dorongan nyuruh yang lain berangkat ambil wudhu duluan. Sekalipun cuma berdua, kadang sifat kekanak-kanakan muncul juga.

3. Ashar
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan saling mengingatkan via WA.

4. Maghrib
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan saling mengingatkan via WA.
Suami sholat di masjid karena rumah mertua di Blitar dekat sekali dengan masjid, hanya jarak serumah.

5. Isya'
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan saling mengingatkan via WA.
Suami melaksanakan sholat Isya' di masjid setelah itu lanjut menghadiri acara Aqiqoh an tetangga.

Apa yang kami dapatkan di hari kedua belas?
Ini hari kelima kami mampu sholat diawal waktu full sehari penuh mulai shubuh sampai isya'.
Kalau diprosentasekan, ini sudah lebih dari 30%, dari target yang kami rencanakan saat diskusi proyek awal dulu.
Bahagiaaaa rasanya... Berawal dari ide sederhana untuk bisa membentuk kebiasaan baik dalam beribadah, dengan proses yang luarbiasa untuk tetap yakin pasti bisa melakukannya.
Ah, semoga paling tidak satu setengah tahun lagi, pak Imam sudah punya makmum baru yang lucu, yang juga semangat saat adzan terdengar dan melakukan sholat berjama'ah bertiga. Amiin..

#TantanganHari12
#Level3
#Myfamilymyteam
#KuliahbunsayIIP

Minggu, 02 April 2017

Grafik Turun Naik

TANTANGAN LEVEL 3.11

Tidak terasaaa...
Tiba-tiba sudah lewat 10 hari menjalankan proyek keluarga "membiasakan sholat wajib diawal waktu".
Mulai sedikit terbiasa.. 
Mulai happy dan enjoy menjalankannya.

Alhamdulillah benar-benar terrealisasi menjadi proyek keluarga kami, setelah berbulan-bulan hanya menjadi angan dan harapan. Tantangan kali ini benar-benar menjadi titik balik bagi kami untuk berusaha memperbaiki lagi ubudiyah dalam keluarga, terutama dalam hal sholat.

Hari kesebelas setelah diskusi :
1. Shubuh
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua.
Hari ini giliran suami yang puasa Rajab, jadi bisa terjaga setelah sahur sambil menunggu adzan shubuh berkumandang.
2. Dhuhur
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua.
Karena suami sedang berpuasa, maka agenda kami hari ini dirumah saja, melakukan aktivitas harian seperti biasanya. Suami mempersiapkan bahan ajar untuk hari Senin sementara saya melakukan rutinitas sebagai ibu rumah tangga.

3. Ashar
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua.
Meski kondisi rumah masih bocor dan kebetulan menjelang adzan ashar, hujan deras turun.

4. Maghrib
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua.
Meskipun sempat keluar agak jauh dari rumah dan terjebak macet arus pulang kerja, alhamdulillah sampai dirumah sebelum adzan berkumandang.

5. Isya'
Mampu kami laksanakan diawal waktu dengan berjama'ah berdua

Apa yang kami dapatkan di hari kesebelas?
Alhamdulillah ini hari keempat kami mampu sholat diawal waktu full, mulai shubuh sampai isya'.
Meskipun sejak hari pertama sampai sekarang terasa sekali grafik pembiasaannya naik turun, kami tetap semangat dan InsyaAlloh akan tetap terus melaksanakan proyek ini dan menularkannya ke anak-anak kami nanti...

#TantanganHari11
#Level3
#Myfamilymayteam
#KuliahbunsayIIP