Minggu, 30 April 2017

Memiliki Teman dengan Hobi yang sama

TANTANGAN LEVEL 4.11

Akhiri drama masa SMP, memasuki usia SMA, Alhamdulillah saya masih bisa masuk SMA Negeri sekalipun tidak lagi sesuai harapan dan juga bukan merupakan SMA favorit.

Masih tetap tidak ingin masuk sekolah SMA swasta dimana Ayah mengajar karena berbagai macam alasan pribadi. Syukur alhamdulillah Ayah bukan tipe orangtua yang memaksakan keinginannya terhadap anak untuk memilih dimana anaknya ingin bersekolah atau menimba ilmu dan hal itu bahkan berlanjut sampai saya kuliah. Prinsipnya bebas tetapi bertanggung jawab.

Di masa SMA ini, ada tahun dimana kami harus memilih dan menentukan jurusan dimana kami ingin belajar. IPA, IPS, atau Bahasa. Tentu saja tidak hanya berdasarkan ingin atau gengsi, tetapi tetap dengan test. Ada grade tertentu yang harus dicapai siswa untuk masing-masing jurusan. Alhamdulillah saya memenuhi kualifikasi untuk belajar di jurusan yang saya pilih dan saya inginkan. IPA. InsyaAlloh bukan karena gengsi karena memang saat itu jurusan IPA merupakan jurusan favorit mayoritas siswa. Iyaa..saya bercita-cita menjadi dokter dan saya pikir memilih jurusan IPA ini merupakan langkah pertama bagi saya untuk memuluskan rencana saya.

Tiga tahun di SMA, bersyukur lagi saya akhirnya bertemu dan dikumpulkan dengan teman-teman yang memiliki hobi sama. Bukan mereka yang hobi hang out karena masa itu, izin keluar rumah bagi saya cukup repot dan lagi, jarak rumah dan sekolah saya cukup jauh. Tidak memungkinkan sering-sering hang out sepulang sekolah.
Iya, saya punya teman-teman yang memiliki hobi membaca. Waktu luang biasanya kami gunakan ke perpustakaan atau saling bertukar buku bacaan. Mereka semua pecinta novel dan komik. Di masa SMA inilah saya akhirnya berani membeli buku-buku bacaan diluar buku penunjang pelajaran dengan menabung dari uang jajan. Seringkali dengan sembunyi-sembunyi dan baru bilang saat buku sudah terbeli.hihi....
Masa ini orangtua saya sudah tidak melarang lagi, mungkin mereka mulai paham bahwa saya sudah cukup dewasa untuk memilih dan menentukan apa yang baik bagi saya, selama pelajaran di sekolah tidak terbengkalai. Meskipun begitu, mereka tetap tidak menyediakan budget khusus bagi saya untuk belanja buku-buku bacaan seperti itu, sehingga jika sangat ingin membeli sebuah buku, itu berarti saya harus menyisihkan sedikit uang jajan saya untuk ditabung dan dibelikan buku yang saya inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar